Mentari pagi menyengat, membakar aspal lintasan sirkuit jalanan di sebagian ruas Jalan Diponegoro, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (27/8/2023). Riuh suasana di dalam garasi (paddock), para peserta bersama ofisial tim mempersiapkan kendaraan balapnya.

Balapan kali ini istimewa, setelah vakum selama 35 tahun lamanya, Lomba kendaraan yang menyerupai kotak sabun dan melaju tanpa mesin itu akhirnya kembali digelar di Kota Bandung.

Acara yang digelar oleh organisasi Daya Mahasiswa Sunda atau Damas berkolaborasi dengan Ikatan Keluarga Besar SMPN 2 Bandung (IKA 283) tersebut diikuti oleh 188 peserta dari perguruan tinggi, organisasi, SMK, dan komunitas dari berbagai daerah di Indonesia.

Lomba Kereta Peti Sabun pertama kali di Bandung digelar oleh koran AID De Preangerbode pada 1950 di daerah Jalan Sukajadi, lalu berlanjut hingga 1951 dan 1952. Damas kemudian melanjutkannya pada 1975 di lokasi yang sama. Lomba berikutnya pada 1976, 1979, 1981, 1985, dan 1988.

Saya dan tim membuat kereta peti sabun dari bahan bathtub. Tak lupa saya pasang juga shower, sabun, dan sampo agar terlihat kesan sedang di bak mandi. Semua bahannya dari limbah atau barang bekas.

Pada penyelenggaraan Lomba Kereta Peti Sabun ke 10 tahun 2023 ini, pihak panitia melombakan jenis kereta peti sabun konvensional, yaitu kereta peti sabun yang sepenuhnya mengandalkan gravitasi untuk melaju. Terdapat dua kategori lomba, yakni race atau adu kecepatan dan festival atau kontes berdasarkan beberapa penilaian yang bukan berdasarkan kecepatan.

Beragam kereta peti sabun hasil kreasi dan ide masing-masing peserta bersama ofisial tim memeriahkan lomba tersebut. Kreasi kereta peti sabun itu ada yang berbentuk seperti tong, miniatur mobil balap F1, mobil klasik, roket, bahkan bak mandi (bathtub) lengkap dengan peralatannya.

"Saya dan tim membuat kereta peti sabun dari bahan bathtub. Tak lupa saya pasang juga shower, sabun, dan sampo agar terlihat kesan sedang di bak mandi. Semua bahannya dari limbah atau barang bekas," kata dosen Itenas, Agung Pramudya Wijaya, kepada Republika.id saat ditemui di paddock Lomba Kereta Peti Sabun.

Sebagai permulaan ketika lomba, panitia membuat tempat peluncuran kendaraan dari ketinggian 3 meter hingga menurun sepanjang 12 meter. Sementara itu, panjang lintasan sekitar 300 meter. Pada balapan, pemenang akan ditentukan oleh posisi ban yang menyentuh garis finis.

Sementara itu, spesifikasi kendaraan tanpa mesin tersebut panjang maksimalnya 2,25 meter, lebar 1,2 meter, dan tinggi dari tanah minimal 10 sentimeter. Sumbu as roda depan 80-110 cm, roda belakang 90-120 cm, dan jarak poros roda depan dengan belakang atau wheelbase berkisar 120-145 cm.

Lomba Kereta Peti Sabun ini tentunya memiliki nilai historis bagi masyarakat Kota Bandung yang sudah lama tidak terdengar lagi. Dengan terselenggaranya acara ini, diharapkan dapat menginspirasi masyarakat Bandung dan sekitarnya untuk terus berinovasi dan mengeluarkan kreativitasnya.

"Lomba ini diharapkan dapat lebih mendekatkan hubungan komunikasi dan hubungan sosial kemasyarakatan. Selain itu, diharapkan mampu membangkitkan gairah kreativitas anak muda juga menambah wawasan mereka terhadap kegiatan disekitarnya," ucap staf media center Lomba Kereta Peti Sabun, Sulhan Syafi’i.

Foto dan Teks

Abdan Syakura

 

Editor

Edwin Putranto

 

Desain

Baskoro Adhy

top

Menghidupkan Kembali Balapan Kereta Peti Sabun